Mulya

Guru Geografi di MAN 2 Tangerang, Banten sejak tahun 2011 s.d sekarang. Aktivitas utama mendidik, selebihnya berkebun, menulis, berorganisasi, fotografi, dan me...

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar dari Kasus Audrey
reqnews.com

Belajar dari Kasus Audrey

Kasus Audrey sedang viral. Saya mencoba mengikuti kasus ini tetapi tidak pada ranah Audrey sebagai korban dan ketiga pelaku. Akan tetapi pada akar masalahnya. Kasus ini korban dan pelaku adalah remaja putri. Hal yang menarik pelaku adalah gadis usia sekolah menengah atas sedangkan Audrey sendiri pelajar SMP.

Sebenarnya apa yang menjadi akar masalah kasus ini bisa terjadi? Hal yang paling fundamental adalah kemajuan zaman. Terutama gawai dan internet dengan perkembangan media sosial yang semakin pesat.

Sadarkah para orangtua ketika anak-anaknya diberikan gawai? Melalui gawai seseorang terbiasa dengan individualistik, egonya semakin menjadi, berani berkata-kata sekasar apapun karena merasa tidak ada larangan atau yang mengawasi di media sosial. Saat tidak ada kontrol sosial akhirnya bahasa verbal berupa penghinaan-penghinaan terhadap orang lain dilakukan, apakah penghinaan perihal fisik maupun nonfisik menjadi membudaya.

Lalu melalui media sosial pula, sangat mudah membuat grup/komunitas tertentu. Tentunya dengan suatu tujuan. Bahkan pada kalangan remaja muncul dengan komunitas geng. Apakah geng remaja putri, geng berdasarkan sekolah, bahkan geng sepeda motor.

Dalam kajian sosiologi saat sedang berkelompok/kerumunan maka massa sulit dikendalikan. Saat ada satu hal yang menjadi pemicu, sugesti sangat mudah masuk, maka tindakan yang terjadi mengatas namakan solidaritas buta, solidaritas membantu teman tetapi dalam hal negatif.

Pada kasus Audrey hal tersebut terjadi. Berawal dari media sosial ada konflik, kemudian banyak caci maki. Ternyata tidak selesai sebatas media sosial, saat emosi membuncah. Komunikasi melalui grup media sosial dengam kelompok pelaku mudah dilakukan, sehingga terjadilah kasus tersebut. Saat emosi sudah menguasai, hanya ada senyuman kepuasan syetan yang merasa menang dengan tipu dayanya.

Dimanakah budaya ketimuran itu? Dimanakah karakter budaya bangsa? Karakter akhlak mulia kemanakah? Seolah hilang tanpa bekas dihati, sikap, dan perilaku para pelaku. Semuanya sangat kentara oleh aktivitas yang dilakukan para pelaku. Gersang pendidikan akhlak di rumah sehingga saat di sekolah pula, hati nurani mereka telah membatu.

Pada akhirnya masalah ini viral, juga karena media sosial. Interpretasi masalah ini sangat liar sehingga multi interpretasi. Lalu baiknya bagaimana dalam menyikapi kasus ini? Belajarlah dari kasus Audrey.

Sebagai orangtua jangan memberikan gadget pada anak ketika anak belum dapat bersikap dan berprilaku bijaksana dalam mengunakannya. Jika memang memberikannya harus selalu didampingi atau dibatasi waktu penggunaanya. Sehingga jika penggunakan gadget tanpa batasan pada anak fatal akibatanak

Apapun kejadian yang terjadi, pasti ada hikmah karenanya. Semoga kasus Audrey tidak terulang kembali kedepanya. Aamiin.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa, paparan yang beda mengulas suatu hal. Dengan berlandas pada akar masalah, maka tuntas semua penyakit terobati. Sukses selalu dan barakallah fiik

12 Apr
Balas

Terima kasih atas apresiasinya. Masalah mendasarnya adalah bijak menggunakan gandet dan media sosial. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

12 Apr

Masya Allah, artikel yang sangat menarik hati para pembaca. Melihat sesuatu dari sudut yang berbeda. Barakallah fiik

12 Apr
Balas

Iya Ibu, terima kasih atas apresiasinya. Hanya berusaha melihat dari sudut pandang berbeda saja. Bahagia, sehat, dan sukses selalu. Barakallah

12 Apr

Sedih jika melihat keadaan moral kebanyakan siswa jaman Now ini pak... Tapi semangat untuk tetap mendidik dan memperbaiki karakter siswa tetap menyala. Walau kadang ada kecewa dan kekhawatiran..

12 Apr
Balas

Iya ibu Mimi Susilowati, inilah pendidikan karakter pada siswa. Seharusnya, siswa berpikir dua kali untuk melakukan penyimpangan sosial. Terima kasih atas apresiasinya. Sehat, bahagia, dan sukses selalu. Barakallah

12 Apr



search

New Post